Selasa, 15 Maret 2011

tentang Kampung Naga, Tasikmalaya (kampung yang kental budaya)

Pendahuluan
Latar Belakang
Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekolompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya. Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Kemarin pada tanggal 5 Maret 2011, saya telah mengunjungi Kampung tersebut. Kampung tersebut terletak di wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Tujuan
Tujuan saya mengunjungi Kampung tersebut adalah untuk mengetahui tata cara kehidupan masyarakat yang masih sangat  memegang teguh dan kental dengan adat istiadat.



Topografi Daerah Kampung Naga
Kampung Naga berada di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya. Luas tanah Kampung Naga yang ada seluas 1,5 hektar, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan selebihnya digunakan untuk pertanian sawah yang dipanen satu tahun dua kali dan memiliki 113 bangunan dengan 108 kepala keluarga dan 305 jiwa penduduk. Kampung ini dijaga dengan menggunakan pagar yang mengelilinginya. Batas – batas  wilayah Kampung Naga diantaranya adalah sebagai berikut            :
Description: C:\Users\Pico_DJJ\Desktop\KN\kn.JPGTimur  : Sungai Ciwulan
Barat   : Bukit kecil
Utara   : Saluran kecil
Selatan : Saluran kecil













Description: C:\Users\Pico_DJJ\Desktop\KN\kerajinan-kampung-naga.jpgKegiatan Ekonomi warga 
Kampung Naga
Dalam sistem perekonomian warga Kampung Naga sebagian besar yaitu bertani, menanam padi. Biasanya hasil dari bertani tersebut digunakan untuk konsumsi sendiri, tetapi apabila berlebih mereka menjualnya ke daerah luar Kampung Naga. Sedangkan mata pencaharian sampingannya adalah membuat kerajinan, seperti sandal , tas , topi , anyam-anyaman dan lainnya. Tetapi kerajinan dari kampung naga yang paling khas adalah anyaman udang-udangan. Pekerjaan sampingan lainnya adalah beternak dan berdagang.  Dengan semakin seringnya wisatawan berkunjung ke kampung ini, penduduk juga mulai berjualan makanan ringan dan minuman di depan rumah mereka.



Sejarah Kampung Naga
Pada tahun 1956 Kampung Naga diserang pasukan Kartosuwiryo (DI-TII) kampung dibakar 1 orang meninggal, sehingga jejak sejarah hilang, Yang tersisa hanya tinggal rangkuman sejarah Kampung Naga. Nama Kampung Naga tidak ada yang mengetahui dengan pasti, mengapa disebut dengan Nama Kampung Naga. Ketua Adat/ Kuncen dan para penduduk kampung Naga juga tidak mengetahui secara pasti dari mana nama kampung ini berasal.  Ada sebagian orang mengartikan bahwa Naga berasal dari kata-kata Gawi atau Gawir yang berarti lembah .
Kampung yang berada di lembah mereka sebut dengan Kampung Nagawi atau Kampung Nagawir akhirnya disebut dengan Kampung Naga. Kampung Naga terbentuk dengan datangnya suku Badui dari daerah Banten, kedatangannya karena diusir oleh kepala suku Badui Banten yang kemudian singgah di Salawu Desa Neglasari dan mendirikan pemerintahan sendiri.


Description: C:\Users\Pico_DJJ\Desktop\KN\Hajat Sasih Kampung Naga.jpgKehidupan Sosial Budaya
Kampung Naga
Kepercayaan
Tabu, pantangan atau pamali bagi masyarakat Kampung Naga masih dilaksanakan dengan patuh khususnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berkenaan dengan aktivitas kehidupannya.pantangan atau pamali merupakan ketentuan hukum yang tidak tertulis yang mereka junjung tinggi dan dipatuhi oleh setiap orang. Misalnya tata cara membangun dan bentuk rumah, letak, arah rumah,pakaian upacara, kesenian, dan sebagainya. Bagian depan rumah harus saling berhadapan. Di Kampung Naga tidak ada listrik, penerangannya pake lampu semprong atau lampu templok, untuk menonton TV pun harus pakai aki. Oleh karena itu, TV di sana hitam putih.

Bahasa
Dalam berkomunikasi warga Kampung Naga mayoritas menggunakan bahasa Sunda Asli, hanya sebagian orang dalam arti yang duduk di pemerintahan. Adapula yang bisa berbahasa Indonesia itupun masih terlihat kaku dalam pengucapannya.

Pendidikan
Tingkat Pendidikan masyarakat Kampung Naga mayoritas hanya mencapai jenjang pendidikan sekolah dasar, tapi adapula yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi . seluruh anak-anak  kampung naga, bersekolah di SD Negela Sari  1 yang terletak  tidak jauh dari kampung naga tetapi untuk sampai di  sekolah ini, harus menaiki 439  anak tangga. Karena sekolahnya berada di atas. Masyarakat Kampung Naga, kebanyakan pola pikirnya masih pendek sehingga mereka pikir bahwa buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau akhirnya pulang kampung juga. Dari anggapan tersebut orang tua menganggap lebih baik belajar dari pengalaman dan dari alam atau kumpulan-kumpulan yang biasa dilakukan di mesjid atau aula.

Kesenian
Terdapat tiga pasangan kesenian di Kampung Naga diantaranya :
1.              Terebang Gembrung yang dimainkan oleh dua orang sampai tidak terbatas biasanya ini dilaksanakan pada waktu Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha serta kemerdekaan RI. Alat ini terbuat dari kayu.
2.              Terebang Sejat, dimainkan oleh 6 orang dan dilaksanakan pada waktu upacara pernikahan atau khitanan massal.
3.              Angklung, dimainkan oleh 15 orang dan dilaksanakan pada waktu khitanan massal

Description: C:\Users\Pico_DJJ\Desktop\KN\Kampung-Naga-4.jpgBangunan/Arsitek
Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Naga berbentuk segitiga terdapat 111 bangunan dalam area 1,5 ha yang terdiri dari 108 rumah dan 3 bangunan tempat ibadah, selain itu juga terdapat balai pertemuan dan lumbung padi (Leuit) untuk ukuran saya tidak mendapatkan informasi tapi untuk bahan bangunannya menggunakan bilik-bilik, kayu-kayu, dan lain-lain. Tidak menggunakan semen atau pasir. Semua bentuk, ukuran, alat dan bahan bangunan semuanya sama hal ini menunjukkan adanya keseimbangan dan keselarasan yang ada di daerah tersebut.

Politik
Dalam pemilihan ketua adat yaitu dengan cara bermusyawarah untuk mufakat dimana yang dijadikan kandidat yang akan duduk di pemerintahan adalah orang-orang yang dianggap berpengalaman dan berpengetahuan tinggi dalam bidang-bidang yang ada.Sistem atau lembaga-lembaga pemerintahan yang ada di Kampung Naga. Ada dua lembaga yaitu :

1. Lembaga Pemerintahan
a.      RT dijabat oleh Bapak Isman
b.      RK dijabat oleh Bapak Okim
c.       Kudus dijabat oleh Bapak Dedi
2. Lembaga Adat
a.      - Kuncen dijabat oleh Bapak Ade Suherlin yang bertugas sebagai pemangku adat dan memimpin upacara adat dalam berziarah.
b.      - Punduh pejabat oleh Bapak Ma’mun.
c.     - Lebe dijabat oleh Bapak Ateng Jaelani yang bertugas mengurusi jenazah dari awal sampai akhir sesuai dengan syariat Islam.



Pengaruh Budaya Luar bagi warga Kampung Naga

Description: C:\Users\Pico_DJJ\Desktop\KN\hajat1.jpgPengaruh Hindu Budha
Pengaruh Hindu Budha masih tetap ada dan terlihat sampai sekarang contohnya pada saat acara-acara khusus selalu menggunakan kemenyan yang bisa menimbulkan asap

Pengaruh Islam
Pengaruh Islam masih sangat jelas sekali dan masih paling banyak contohnya dilihat dari segi pakaian, tingkat peribadatan dan tempat peribadatan. Hari-hari Raya  :
Dalam kurun waktu satu tahun terdapat enam kali upacara adat atau hari raya (berziarah), diantaranya :
1. Bulan Muharam untuk menyambut datangnya   Tahun Baru Hijriah
2. Bulan Maulud untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
3. Bulan Jumadil Akhir untuk memperingati pertengahan bulan Hijriah
4. Bulan Nisfu Sya’ban untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan
5. Bulan Syawal untuk menyambut datangnya Idul Fitri
6. Bulan Zulhijah untuk menyambut datangnya Idul Adha

Pengaruh Teknologi
Teknologi sudah ada di kampung naga, contohnya di kampung naga sudah ada televisi  walaupun masih hitam putih karena menggunakan aki. Tetapi untuk penerangan masih menggunakan lampu teplok karena warga menolak untuk dipasangkan listrik. Dan kemarin saat saya mengunjungi  kampung naga, saya juga melihat masyarakat kampung naga banyak yang sudah memiliki handphone untuk berkomunikasi, jadi warga kampung naga bisa dibilang tidak  terlalu “kolot”dan sudah menerima teknologi.